Monday, June 6, 2011

NTB telah melangkah bersiaga menghadapi Perubahan Iklim!



Pulau Lombok dan Sumbawa sebagai pulau besar yang terdapat di NTB sesungguhnya telah mengalami akibat dari pemanasan global, masyarakat merasakan bahwa prilaku cuaca semakin fluktuatif dan terjadi peningkatan kejadian cuaca yang ekstrem. Berdasarkan hasil pengamatan suhu udara rata-rata periode Januari 1971 hinggga Desember 2009 terjadi peningkatan suhu udara rata-rata lebih dari 0,5 oC,sedangkan suhu udara tertinggi 27,6 dan terendah 24,4 oC. Selain itu pergeseran periode curah hujan telah terjadi, dari 1971 hingga 2000 umumnya hujan terjadi antara Januari – Maret namun pada 2006 terjadi pada Oktober –Desember.

Perubahan ini membawa dampak negatif yang cukup signifikan, masyarakat petani mengalami kekeringan pada lahan usahanya ,kekeringan lahan pertanian pada 2007 mencapai luasan 6.272 Ha, sementara tanaman padi yang puso (gagal panen) mencapai 2.712 Ha, sedangkan masyarakat nelayan hampir tidak dapat melaut akibat gelombang laut dan air pasang yang terjadi sepanjang tahun. Selain itu terjadi peningkatan intensitas bencana, banjir yang terjadi di bulan April 2007 di Kab. Sumbawa menyebabkan kerugian kurang lebih Rp.30 milyar.

Kejadian diatas diperparah dengan adanya ketidakpedulian para stakeholder terhadap fenomena alam dan kerusakan lingkungan ini, hal ini ditunjukkan dengan masih adanya pemberian ijin usaha yang tidak mengindahkan rencana tata ruang wilayah, masih adanya kebijakan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan (carring capacity), belum lagi penegakan hukum yang cenderung masih lemah.

Mengantisipasi fenomena ini, pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat, mulai bersiap menghadapinya. Dimulai dengan diinisiasinya kerjasama riset terkait climate change dengan ditandainya Memorandum of Undestanding (MoU) antara BAPPEDA dan BLHP NTB, Universitas Mataram dan AusAID-CSIRO Research for Development Alliance tenanting Operating ZPrinciples for the Research project Climate Futures and Rural Livelihood Adaptation Strategies in NTB Province, yang berlaku sejak Juli 2010 hingga Juni 2013. Niat baik ini sebelumnya juga telah dilakukan dengan keluarnya Keputusan Gubernur NTB No. 68.B pada 2008 tentang Pembentukan Gugus Tugas untuk Pengarusutamaan Aspek-Aspek Perubahan Iklim di Prov. NTB,serta adanya Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah Prov NTB 2009-2013 yang salah satu keberpihakannya pada isu global warming. Usaha pemerintah NTB tidak berhenti ditingkat ini saja, bekerjasama dengan WWF dan didukung pendanaan dari GTZ (Deutshe Gesellscahft fur Technische Zussamensarbeit), mereka melakukan Kajian Resiko dan Adaptasi Perubahan Iklim di pulau Lombok dan selanjutnya dilanjutkan dengan penyusunan Rencana Aksi Daerah-Adaptasi dan Mitigasi Perubahan iklim global di provinsi NTB untuk tahun 2010-2015.

Akhir bulan Mei 2011, NTB menyelenggarakan Lokakarya membahas rencana skenario menghadapi perubahan iklim di masa datang dan bagaimana usaha mata pencaharian masyarakat dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Lokakarya ini berlangsung mulai tanggal 30 Mei hingga 2 Juni 2011 di Hotel Sanur Paradise Plaza – Bali dengan menghadirkan berbagaio narasumber penting baik dari CSIRO Australia maupun dari stakeholder perguruan tinggi. Strategi kegiatan ini adalah mencoba memfasilitasi pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan para pihak menjadi pengetahuan bersama. Pengetahuan bersama inilah yang dianggap paling ideal dapat menjawab upaya antisipasi dan mitigasi perubahan iklim yang terjadi di NTB.

Disadari walau ini masih tahap awal dari upaya besar menghadapi perubahan iklim , namun NTB telah memulai dan berbenah menghadapi perubahan iklim, orang bijak berkata bahwa langkah besar tidak akan berjalan tanpa didahului langkah pertama, dan NTB telah melangkah, akankah daerah lain mengikutinya langkah mereka?kita lihat saja nanti!

No comments: