Wednesday, January 16, 2008

Tour de Taka Bonerate: Konvoi Paus,Terumbu Karang,dan Wisata Bahari

MUNGKIN banyak orang belum tahu kalau di Taman Nasional Taka Bonerate yang terletak di selatan Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, terdapat karang atol terbesar ketiga di dunia setelah Maldiva dan Kwadifein, dan konon merupakan salah satu yang terindah di seluruh belahan Bumi. Taka Bonerate yang berarti "timbunan karang di atas pasir" ini memiliki keanekaragaman biota laut cukup tinggi, terdiri dari terumbu karang, ikan, moluska dan ekinodermata. Ada pula empat jenis penyu yang dilindungi undang-undang, di antaranya yang sering ditemukan ialah penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelis imbricata). Itulah sebabnya saya tertarik ketika diajak untuk ikut dalam scientific tour yang diadakan Pokja Coremap (Coral Reef Rehabilitation and Management Program) Sulsel ke Taman Nasional seluas 220.000 ha itu. Dua tim diturunkan dalam tur kali ini. Tim pertama ialah 10 penyelam yang dipimpin Ketua CRITC (Coral Reef Information and Training Centre) Coremap Sulsel, Kun Praseno ST, yang melakukan pemasangan reef check di 23 titik penyelaman dalam kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Sedangkan tim kedua ialah empat orang evaluator Bank Dunia, Dr Kasim Musa dari LIPI dan surveyor lokal dipimpin langsung oleh Ketua Pokja Coremap Sulsel, Ir Baharuddin Nur Dipl Env, di mana saya termasuk di dalamnya. Tim pertama sudah berangkat sejak tanggal 5 November 2001. Sedangkan tim kami baru menyusul lima hari kemudian.(Kompas, 2001-11-23)http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2650

Mengenal Ekosistem Terumbu Karang Sejak Dini

Kabar Negeriku
Rabu, 21 November 2007 - 19:47 wib

Kendari, Rabu--Pengenalan tentang ekosistem terumbu karang sebagai rumah bagi biota laut seperti ikan terhadap anak usia dini perlu dilakukan, agar kelangsungan ekosistem terumbu karang dapat diselamatkan.
"Jika sejak kecil anak-anak Indonesia, utamanya di Sultra, sudah mengenal fungsi dari ekosistem terumbu karang, maka angka kerusakan terhadap laut akan berkurang, utamanya masyarakat daerah pesisir," kata asisten konsultan "Coral Reef Rehabilitation and Manajemen Program" (COREMAP), Kun Praseno di Kendari, Rabu.
Rusaknya terumbu karang berdampak pada kurangnya sumber makanan seperti ikan dan pendapatan nelayan, utamanya di daerah pesisir serta ancaman erosi yang tidak dapat terhindarkan.
Selain itu, potensi jenis hewan tertentu yang dapat dijadikan sumber obat-obatan semakin berkurang, katanya tanpa menyebutkan hewan yang dimaksud.
Saat ini, kata Kun, 75.000 km2 luas pesisir laut, termasuk terumbu karang di Indonesia kini tinggal 20 persen yang masih terawat dengan baik, salah satunya seperti di Kabupaten Wakatobi dan Buton.
Setiap satu kilometer, terumbu karang berpotensi menghasilkan ikan antara 10-30 ton per tahun.
Menurut dia, kerusakan terumbu karang diakibatkan kurangnya kepedulian masyarakat, sebab pemerintah tidak memberikan alternatif pekerjaan kepada nelayan selain melaut.
Selain itu, ekosistem terumbu karang ternyata mampu mengisap karbon monoksida seperti asap kendaraan maupun nafas buangan manusia dan menghasilkan oksigen yang bersih, katanya menambahkan.
Jika ekosistem terumbu karang, termasuk hutan bakau dapat diselamatkan dari sekarang, maka nilai ekonominya sangat besar, karena akan menarik minat wisatawan untuk menikmati keindahannya.
"Kesejahteraan nelayan juga akan meningkat, karena hasil tangkapannnya tetap banyak serta menambah pendapatan daerah," katanya.
Untuk itu, pihaknya tetap melakukan pendampingan terhadap masyarakat pesisir, utamanya nelayan dan memberikan bantuan penguatan modal serta sosialisasi terumbu karang.
Masyarakat sangat memiliki peran dalam menjaga kelangsungan ekosistem terumbu karang, sebab mereka bersentuhan langsung dengan laut.
Kun mengemukakan, ancaman rusaknya terumbu karang yakni akibat penangkapan ikan dengan cara meracun dan membom laut, penambangan karang untuk bahan bangunan dalam skala besar dan kegiatan pariwisata yang membuang jangkar di atas karang laut.
Penebangan hutan bakau, pencemaran buangan pabrik dan sampah rumah tangga serta pembangunan kawasan pesisir yang tidak terkendali, juga menjadi ancaman bagi kelangsungan ekosisten terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang harus diselamatkan sejak dini, sebab menyangkut kepentingan orang banyak dan tugas tersebut menjadi tanggung jawab bersama, baik masyarakat maupum pemerintah, kata Kun Praseno.
Sumber: AntaraPenulis: jodhi. http://kompas.com/ver1/Negeriku/0711/21/194708.htm