Tuesday, June 19, 2007

INO, SEHARUSNYA KAMU BERBANGGA NAK!

Perjalanan hidup keluargaku cukup bervariasi, ketika aku kecil dulu, saat sebuah motor merupakan barang mewah, digarasi keluarga kami telah terparkir sebuah mobil keluaran Jepang yang cukup bagus saat itu. Saat banyak anak-anak berjalan kaki menuju ke sekolah , telah tersedia sopir yang patuh mengantar dan menjemputku di sekolah.
Namun hidup bagaikan cakrapanggilingan, sebuah roda besar yang setiap sisinya memiliki kesempatan yang sama, berada diatas dan berada dibawah, dimasa manis-manisnya masa remaja di SMA sisi roda perjalanan hidup keluargaku mendapat giliran berada dibawah. Usaha yang dirintis keluargaku perlahan-lahan surut sinarnya, hingga mencapai titik terendah.
Hilang semua kebanggaan-kebanggaan bendawi yang kami miliki - namun pada saat kritis seperti itu ada suatu hal yang tidak dapat kumengerti dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh kedua orang tuaku, dimasa dimana untuk menjalani kehidupan sehari-hari seperti sinar matahari yang redup, saat itu pula kedua orang tuaku masih mempertahankan beberapa anak angkat, anak-anak orang tak mampu yang disekolahkan dan hidup bersama dengan keluargaku, bahkan mengangkat anak angkat baru yang notabenenya memerlukan biaya untuk hidup mereka ,…….sekolah mereka!
Ada kekesalan dalam bathinku , mengapa Beliau masih memelihara anak angkat sementara kebutuhan anak kandungnya sendiri tidak tercukupi secara normal? Coba anda bayangkan selama dua tahun , sepatu yang kugunakan untuk bersekolah sudah tiga kali dibawa ke tukang sepatu, untuk dijahit karena sol bawahnya udah mulai enggan bersatu dengan kulit bagian atasnya!
Dibenakku jika anak-anak angkat itu tidak ada… tentunya hal ini tidak perlu tejadi, sangat besar kemungkinan bagi aku untuk dapat mengganti sepatuku dengan sepatu yang baru walau yang harganya relatif murah tapi akibat kedua orangtuaku harus juga mengalokasikan energi buat mereka-mereka …oh ya jumlahnya ada 4 orang …….!!Yah terpaksa sepatu butut itu tetap setia menemaniku……! Memang aku paham bahwa menolong orang tak mampu adalah suatu kewajiban yang harus diemban oleh ummat muslim, namun bukankah jika kita tidak mampu itu berarti kita tidak memiliki kewajiban terhadap orang-orang yang juga tak mampu!
Setelah sekian lama memendam kekesalan ini, suatu masa kucoba beranikan diri berbicara dengan Bapak, untuk memprotes kebijakan yang beliau terapkan, kuutarakan keberatan-keberatan diriku, Beliau dengan tenang mendengar semua keluhan-keluhanku, setelah unek-unekku tersalurkan, beliau mendehem dan mulai berkata :

“Ino keluarga kita memang lagi dilanda kesusahan , kehidupan kita tidak seperti dulu lagi, roda kehidupan keluarga kita sedang berada dibawah , ujian Allah lagi menimpa kita , namun disaat seperti ini, tidakkah kamu berbangga, bahwa tangan keluarga kita masih berada diatas bukan berada dibawah, bukankah sebaik-baiknya manusia ialah yang tangannya lebih banyak memberi daripada menerima ?Disaat susah seperti ini keluarga kita masih mampu membantu orang lain! Tidakkkah kamu berbangga dengan hal ini, Ino ?



Bagai gelegar petir disiang bolong mendengar tuturan Beliau,
…………… tidakkah kamu berbangga dengan hal ini ?…………., kalimat itu tergiang-ngiang di telingaku! betapa piciknya hatiku…….. betapa dangkalnya aku memahami persoalan kehidupan ini.
Sebaik-baiknya manusia ialah yang tangannya berada diatas , yang memiliki tangan yang selalu memberi bukan diberi!


Ya Allah maafkan ketololan hatiku , maafkan prasangkaku terhadap kedua orangtuaku , maafkan kepicikan hatiku……!

(ideamakassar,apriltaonduaribusatu)

No comments: